Jumat, 21 Maret 2014

cerpen 2

Selamat Tinggal Dunia!


Hari ini adalah hari dimana aku harus meninggalkan kota ini. Berat rasanya mininggalkan kota kelahiranku ini, tapi aku harus pergi karena aku sudah mendapatkan beasiswa di universitas yang aku dambakan selama ini.
“Selamat tinggal nak… belajarlah dengan sungguh-sungguh, kami akan selalu mendoakanmu, jangan tinggalkan sholatmu. Dan jangan lupa
menghubungi kami kalau ada sesuatu….” Ujar ibuku dengan penuh kelembutan. “iya bu aku akan selalu menuruti nasehat ibu, dan dalam satu bulan sekali aku akan pulang kesini” kataku sambil memeluk tubuh ibuku.

Akupun segera berpamitan dengan keluargaku. Tampak tangisan  adikku yang terakhir  yang masih berumur 4 tahun, meskipun dia perempuan tapi ia sangat dekat denganku. Aku segera menaiki motor kesayanganku, aku melambai kepada keluargaku yang berada di depan pintu rumahku. Dalam perjalanan ini aku sangat bersemangat karena aku sudah tidak sabar ingin segera sampai di kos-kosan yang sudah aku sewa.
Ditengah-tengah perjalanan aku merasa ada keganjilan pada jalan yang aku lewati. Saat aku berada di perempatan jalan, aku  berkendara seperti biasa tapi….. bruak!!!!!!! Truk besar yang mengangkut tebu menabrak motorku dan satu mobil seseorang. Tiba-tiba semua orang berkumpul mendekatiku kemudian semua terasa gelap. Saat aku terbangun tanpa sadar aku sudah berada di rumah sakit dan aku melihat ibuku tertidur pulas di samping kananku dengan duduk di kursi sambil munggenggam tanganku. Entah kenapa aku merasa kedinginan, aku segera kembali memejamkan mataku dan menyelimuti tubuhku yang kedinginan.

Malam itu aku bermimpi di kamar rumah sakit yang aku tempati itu, kedatangan seorang makhluk ghaib mirip seperti malaikat maut, ia datang menghampiriku dan mencabut nyawaku. Rasanya sakiiiiiiit sekali, bagaikan ditusuk dengan lebih dari seribu pedang  yang lancip sekali, tapi untung saja itu hanya mimpi.

Keesokkan harinya aku bangun dengan tubuh yang terasa ringan, pagi itu aku melihat kedua orang tuaku yang sedang menangis sambil memandangiku. “yah bu, kenapa kalian menangis?” tanyaku kepada kedua orang tuaku, mereka tidak menjawab pertanyaanku tadi kemudan aku bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama, lagi-lagi mereka tidak menjawab pertanyaanku padahal aku sudah mengulanginya dengan suara  agak keras. Akhirnya aku berdiri dan mendekati mereka, tapi mereka tidak memperhatikanku seolah-olah mereka tidak melihatku. Mereka tetap menangis sambil menatapi tempat tidur. “haaah!!” betapa kagetnya aku saat aku melihat kearah tempat tidur, ternyata tubuhku tergeletak tak berdaya di tempat tidur rumah sakit itu. Aku masih heran “jadi tadi malam bukan mimpi” bisikku dalam hati. Saat itu juga tubuhku yang sudah tak bernyawa itu di bawa ke rumahku, kini aku hanya arwah yang tidak tahu harus bagaimana.

Beberapa jam telah berlalu, aku hanya duduk termenung di pinggir sungai dekat rumahku. Sedari tadi aku tidak pulang sama sekali, aku tidak  tega melihat jasadku sendiri, karena aku masih belum percaya dengan hal ini. “hmmm mungkin sekarang jasadku sudah dikuburkan” kataku, aku sangat ingin bisa hidup kembali, besenang-senang, bercanda tawa dan melakukan banyak hal dengan orang-orang yang aku sayangi.

Satu jam setelah pemakaman, aku kembali pulang, dan bertemu keluargaku yang penuh dengan perasaan haru. Aku melihat adikku yang pertama sedang duduk didepan pintu kamarku sambil menatapi buku cerita yang pernah kita buat bersama dan dihalaman terakhir buku tersebut terdapat foto kenangan kita berdua. Sedangkan kedua orang tuaku sedang menemui tamu di di ruang tamu, dengan sengaja aku duduk di samping ibuku dan aku mendengarkan pembicaraan mereka. “saya turut berduka cita atas kejadian ini, dan sekali lagi saya minta maaf yang sebesar- besarnya, karena saya peristiwa ini terjadi” kata tamu itu dengan wajah penuh penyesalan “kami sudah memaafkan bapak, mungkin ini sudah takdir Allah SWT, kami hanya bisa pasrah dengan apa yang sudah terjadi” jawab ayahku “tapi saya sangat menyesal, lain kali saya tidak akan menyetir dengan mengantuk” kata tamu itu “memang penyesalan tidak akan datang di awal”. Setelah mendengar perbincangan mereka tadi, aku langsung pergi ke kamarku “jadi tadi itu orang yang menabrakku!” kataku dalam hati.

Aku membereskan kamarku untuk terakhir kalinya sekaligus mengenang semua kejadian-kejadian di kamarku. Saat aku ke kamar mandi aku melihat adik perempuanku sedang bermain air. Memang dulu kami sangat senang bermain air bersama di kamar mandi. “lho kak Reza kok ada di sini sih” Tanya adikku kepadaku, “Sisi kamu bisa ngeliat kakak???” tanyaku “ya bisa donk kak” jawab adikku, aku sangat gembira mendengar jawaban adikku itu. Tanpa pikir panjang aku langsung mengajak adikku ke sungai dan bermain bersama seharian penuh di sungai itu, hari sudah semakin sore adikku sudah kusuruh kembali pulang ke rumah.

Adzan magrib sudah terdengar, aku duduk di teras rumah, tiba-tiba aku merasa seperti ada yang menarikku, mungkin ini adalah pertanda kalau sudah waktunya untukku meninggalkan dunia ini. Aku berpamitan kapada adik perempuanku “Sisi, jaga dirimu baik-baik ya. Kak Reza mau pergi dan kayaknya kakak nggak bisa balik lagi, tolong sampaikan sama Ayah, Ibu dan kak Doni kalau kakak mau pamit dan doain kakak terus ya” adikku hanya mengangguk dan aku pergi menjauh dan semakin menjauh dari rumah sampai tak terlihat lagi “kakaaaaaak….!!!! Jangan pergi” teriak adikku sambil menangis. Aku sangat ingin bisa berbalik arah dan memeluk adikku yang masih kecil itu. Tapi ini semua sudah takdirku dan aku harus menerimanya dengan ikhlas dan tawakkal meskipun harus meninggalkan keluarga, teman, saudara ataupun dunia.

TAMAT...

ini bukan karya saya,tetapi ini cuman tugas sekolah saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar