Jumat, 21 Maret 2014

cerpen


MISTERI:


Sejak kejadian itu, tidak ada seorangpun yang mau masuk ke rumah yang sudah 5 minggu  kutinggalkan itu. “Dari depan saja sudah terlihat menakutkan, apalagi dalamnya” ujar setiap orang yang lewat di depan rumah itu. Dulu memang pernah terjadi suatu kejadian aneh saat aku dan almarhum kuluargaku tinggal di rumah itu.

“kakaaaak…!!!
Lihat ini….” Teriak adikku yang terlihat sangat senang saat membuka pintu depan rumahku. “Duh ada apa sih kok teriak-teriak” ujar ibuku yang sedang mengepel lantai. “bu lihat nih, aku nemuin boneka ini di depan pintu. Lihat deh bu, bonekanya lucuuuuu banget” kata adikku sambil mengambil boneka lucu yang ada di depan pintu. Ibuku langsung berhenti mengepel lantai dan berjalan mendekati adikku. “lho boneka ini punya siapa?” Tanya ibuku sambil membelai rambut boneka itu, “gak tahu ma, soalnya teman-temanku nggak ada yang punya boneka seperti ini” jawab adikku “ma, ehmmm…. Bonekanya buat aku aja ya” lanjut adikku. “yaudah deh gak apa-apa, daripada bonekanya dibuang” kata ibuku.

“Yuhuuuuu……..!!!!!!!” teriak adikku sambil berlari menaikki tangga menuju kamarku. “kakak, lihat deh aku punya boneka baru nih” pamer adikku “wah bonekanya lucu deh!!” pujiku “kak, kita main yuk!” ajak adikku, “kamu nggak lihat yah, kakakkan lagi belajar buat ulangan besok” bentakku “yaudah aku main sendiri aja” ujar adikku sambil menutup pintu kamarku. Aku tidak memerhatikan adikku dan melanjutkan belajarku. Setelah 3 jam aku belajar di kamar, aku turun dari tangga menuju dapur. Aku melihat boneka berbaju hijau itu duduk di atas meja makan, dan aku juga melihat adikku sedang mencari sesuatu di dalam kulkas. “lho dik, kamu lagi cari apa?” tanyaku, “itu kak, aku lagi cari roti sama selai nanas. Kakak liat nggak?” kata adikku, “bukannya udah habis dari kemarin lusa ya?” jawabku pada adikku itu. Setelah mendengar jawaban tadi, adikku langsung mengambil bonekanya dan berlari menuju kamarnya. Perutku sudah berbunyi, aku segera mengambil makanan untuk makan siangku.

 Keesokkan harinya aku beraktivitas seperti biasa. Tapi ada yang aneh  saat sarapan aku tidak melihat adikku di meja makan, padahal biasanya ia sangat semangat saat sarapan. “’ma, Shasa mana?” Tanyaku pada ibuku yang sedang menaruh makanan di meja makan “ya nggak tahu donk, Sis” jawab ibuku. Aku langsung berjalan kearah kamar adikku dan mengetuk pintu kamarnya. Tapi tak ada jawaban dari dalam kamar, tanpa pikir panjang aku langsung membuka pintu kamar itu. “haaaaaaaaaaaaaah!!!!!! Mamaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!! Papaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!” aku berteriak sekencang-kencangnya. Mendengar teriakanku yang dahsyat tadi, ayah dan ibuku langsung berlari menuju kearahku. Aku tetap berdiri di depan pintu kamar adikku dan tidak berani masuk ke dalam. “Astaghfirrullah….. Shasa…..!!!” teriak ibuku sambil berlari menghampiri adikku yang sudah tak berdaya itu. Dan ayahku juga langsung menghampiri adikku dan menggendongnya. Aku sangat kaget saat aku membuka pintu kamar adikku itu, ternyata di lantai kamar itu penuh dengan darah adikku yang berceceran dimana-mana.

“Siska!!! Apa yang terjadi sama Shasa?” bentak ayahku, “aku tidak tau pa, tadi waktu aku membuka pintu kamar Shasa, tiba-tiba dia udah kayak gini” jawabku dengan cemas. Aku terpaksa tidak ikut ulangan karena aku harus mengikuti proses pemakaman adikku yang malang. Ayahku menaruh adikku di ruang tengah dan pergi untuk memberi tahu ketua RT tentang kejadian ini. Tiba-tiba tetangga-tetanggaku datang ke rumahku, mereka sangat terkejut saat melihat kondisi adikku. Semua tetangga dan keluargaku datang kerumahku dan mempersiapkan pemakaman adikku, aku mengganti pakaianku dan membersihkan kamar adikku yang penuh dengan darah itu.

Setelah adikku dimakamkan, aku dan orang tuaku pulang dengan penuh duka cita. Sesampainya di rumah, ibuku langsung masuk ke kamar adikku dan mengambil boneka yang kemarin ditemukan adikku didepan pintu rumah. Ibuku menaruh boneka itu di kamarnya untuk mengenang adikku. Matahari sudah terbenam, dan acara tahlilan sudah dimulai. Dengan wajah ikhlas kami sekeluarga mendo’akan adikku yang sudah tiada itu. Tidak terasa acara tahlilan sudah selesai. Aku membantu ibuku membersihkan ruang tamu yang sudah dipakai tempat tahlilan tadi. Setelah selesai, aku langsung masuk ke kamarku.

Tapi aku masih heran dengan adikku, “tadi, Shasa kok bisa kayak gitu yah, siapa sih yang mbunuh dia?” Tanyaku penasaran. Malam itu aku terbangun dari tidurku, aku merasa sangat haus dan akupun berjalan ke dapur untuk mengambil minuman. Di dapur aku melihat ibuku sedang mencari sesuatu di kulkas. “mama lagi nyari apa?” tanyaku kepada mamaku “eh Siska, mama lagi nyari roti sama selai nanas, kira-kira masih ada nggak ya?” jawab ibuku, aku sangat kaget mendengar jawaban dari ibuku itu, jawabannya sama persis dengan jawaban adikku kemarin “roti sama selainya udah habis ma” kataku. Aku langsung mengambil air dan meminumnya. Saat aku hendak kembali ke kamar, aku melihat ayahku sedang berjalan ke arah dapur sambil menggendong boneka adikku yang ditemukannya kemarin

Aku mengintip di pintu dapur, dan aku melihat ayah dan ibuku sedang berdebat, entah apa yang mereka bicarakan tapi mereka terlihat sangat serius. Boneka yang digendong ayahku tadi kini berpindah ke pelukkan ibuku “maaf yah sayang, roti selai nanasnya nggak ada” ujar ibuku sambil memeluk dan membelai boneka itu. Kemudian ibuku meletakkan boneka itu di atas meja makan, tiba-tiba pisau-pisau di meja makan itu bergerak sendiri. Wajah boneka itu berubah dari wajah yang imut menjadi berwajah menakutkan, dan pisau-pisau tadi terlempar dengan sendirinya ke arah ayah dan ibuku. Boneka itu langsung menoleh ke arahku, aku sangat ketakutan. aku tidak peduli malam ataupun siang, Aku langsung berlari ke rumah pamanku yang letaknya tidak jauh dari rumahku.

Sesampainya di rumah paman aku langsung mengetuk pintu rumah itu,  tak lama kemudian paman membuka pintu “ayo pamaaan….!!! Kita harus selamatkan mama sama papa…” omelku pada paman sambil menarik tangan pamanku itu. “Siska ada apa kok malam-malam begini kamu ke rumah paman” kata pamanku “gawaaaaat mama sama papa di bunuh” jelasku “haaah!!! Di bunuh” teriak pamanku “makanya sekarang kita harus selamatkan mereka”. Akhirnya aku dan paman memutuskan untuk melaporkan kasus ini ke pak RT. Aku, Paman, Pak RT, dan Pak Satpam pergi ke rumahku untuk melihat keadaan mama dan papaku. Ternyata saat kami datang, mama dan papaku sudah tergeletak tak bernyawa. “kamu yang sabar ya, Sis” ujar Pak RT.

Keesokkan harinya mama dan papaku di kuburkan di sebelah makam adikku. “mulai sekarang kamu tinggal sama paman aja yah” tawar pamanku, aku hanya mengangguk dan sampai sekarang aku tinggal di rumah pamanku. Semua orang penasaran dengan kejadian ini tapi ketika aku menceritakannya tidak semua orang percaya, termasuk pamanku sendiri. Padahal sudah jelas kalau yang membunuh keluargaku itu adalah boneka misterius yang sampai sekarang masih ada di rumahku yang dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar