Selasa, 01 April 2014

Cerpen Angel

Angel

Dear Diary,
Kapan ya aku bisa kayak mereka? Main sama temen-temen. Bercanda bareng. Kejar-kejaran. Terakhir aku melakukan hal itu saat aku masih kelas 7 smp, dan sekarang bahkan sudah gak bisa lagi.

“Angel..” sesegera mungkin aku menutup buku harian berwarna biruku. Lalu menyimpannya ke laci meja belajarku.

Cekleks
Terlihat seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamarku dengan membawa semangkuk bubur. Ya, dia mamaku. Mama yang setia merawatku dari aku kecil hingga saat ini, aku sudah beranjak dewasa.
“Makan dulu, nanti kamu sakit..” ucapnya sambil menyendok bubur yang berada di mangkuk tersebut.
Aku membungkam mulutku dengan kedua telapak tanganku. “Nggak enak Ma, makannya bubur terus.”
“Angel mau makan apa, sayang?” tanya Mama dengan lembut sambil mengusap-usap rambutku.
“Aku gak mau makan apa-apa Ma, aku cuma pengen main sama mereka..” aku menoleh ke arah jendela, di luar sana banyak anak-anak sedang bermain, di taman tepatnya. Rumahku memang dekat dengan taman komplek, jadi suasana di taman sangat terlihat jelas jika aku melihat dari balkon kamarku.
“Lagi pula meskipun aku makan, aku juga tetep sakit Ma..” lanjutku lemah. Mamaku menggeleng sambil tersenyum. “Angel pasti sembuh kok. Percaya sama Mama..”
Aku tersenyum simpul, seakan meremehkan kata-kata Mama barusan. “Ma, aku pengen punya temen. Aku pengen sekolah Ma, kayak dulu. Aku bosen di rumah terus..”
“Angel pengen sekolah?” tanya Mama. Aku mengangguk pelan.
“Angel boleh sekolah, tapi sekolah privat aja ya sayang?” Aku menatap Mama dalam, “Kenapa sekolah privat Ma? Angel kan maunya sekolah kayak dulu..”
“Mama gak tega kalau harus biarin Angel sekolah di sekolah umum, bahaya Ngel..” ucap Mama. Terlihat jelas wajahnya menampakkan kekhawatiran.
“Mama gak usah khawatirin Angel. Angel bisa kok Ma, Angel kan kuat Ma..” ucapku.
“Tapi sayang…”
“Mama gak percaya kalau Angel kuat? Buktinya sampai sekarang Angel masih bertahan Ma, itu berarti Angel mampu kan buat sekolah lagi?” dosa memang. Aku memotong ucapan Mamaku sendiri.
Mama menarik nafas panjang, lalu membuangnya. “Baiklah, besok Mama akan daftarin kamu sekolah..” aku tersenyum lebar mendengar ucapan Mama barusan. Akhirnya
“Makasih Ma. Mama udah percaya sama Angel. Angel janji akan jaga diri baik-baik..” ucapku berhambur memeluk Mama tersayangku.
“Sama-sama Ngel, tapi ingat ya, nggak usah macem-macem. Oke?!” Mama membalas pelukanku. Aku memeluknya lebih erat lagi. “Oke Ma..”

Hari ini adalah hari pertamaku sekolah. Aku sangat semangat hari ini, karena akhirnya aku bisa sekolah lagi. Dengan memakai seragam khas SMA, putih-abu-abu. Dan wajah yang terbalut jilbab putih, aku siap berangkat ke sekolah diantar oleh Pak Nardi, supir pribadi keluargaku.
“Mama, aku berangkat sekolah dulu ya..” aku mencium punggung tangan Mamaku. “Asalamualaikum..” tak lupa aku mengucapkan salam itu.
“Walaikumsalam. Hati-hati Ngel, jaga diri. Inget ya, gak usah jajan yang aneh-aneh, nggak usah ikut pelajaran olahraga, bahaya buat tubuh kamu..” pesan Mama.
Oke. Itu akan selalu aku ingat.

Aku berjalan menelusuri koridor sekolah baruku. Sendirian. Tempatnya begitu luas, aku gak tau kenapa Mama mendaftarkan aku di sekolah elit ini.
“Hey.” seseorang menepuk bahuku. Aku langsung menoleh ke belakang.
Cowok tampan, memakai seragam yang sama sepertiku. Mungkin dia salah satu murid di sekolah ini. Senyumannya manis.
“Siapa ya?” tanyaku singkat.
“Kamu murid baru ya?” kenapa dia malah balik bertanya padaku?
“Iya.” jawabku singkat. Lalu meneruskan acara berjalanku. Terdengar jelas derapan langkahnya. Dia mengikutiku.
“Emm.. aku ketua OSIS disini..” ucapnya.
“Terus apa hubungannya sama aku?” tanyaku. Jujur, cowok ini sangat aneh menurutku.
“Gak ada sih, aku cuma mau nganter kamu ke ruang kepala sekolah..” jelasnya.
“Baiklah..” aku tersenyum tipis kepadanya. Dia mensejajarkan tubuhnya denganku, agar kami dapat berjalan berdampingan.
“Nama kamu siapa?” tanyanya di sela-sela perjalanan menuju ruang kepala sekolah
“Angelia Maretha Ramadhani. Terserah deh kamu mau manggil aku apa..” jawabku
“Angel aja deh. Eh iya, kamu kenapa pakai jilbab?” tanyanya lagi.
“Memangnya nggak boleh ya? Aku kan cewek muslim, jadi wajib pakai jilbab..” jelasku.
“Aneh aja sih. Soalnya, murid disini itu jarang yang pakai jilbab. Ada satu, dan itu cuma kamu..” aku tersenyum manis, “Aku belum resmi jadi murid disini.”
“Hmm.. udah sampai, kamu masuk aja. Jam segini kepala sekolah belum dateng, mungkin 15 menit lagi sampai. Tunggu aja di dalam, aku masih ada urusan. Kamu gak papa kan kalau aku tinggal?” aku tersenyum dan mengangguk, “Gak papa kok..” jawabku singkat.
“Ya udah. Oh iya, namaku Febrian, panggil aku kalau kamu butuh bantuan. Aku pergi dulu, sampai jumpa Malaikat..” ucapnya berlalu dari hadapanku. Aku hanya tersenyum, lalu duduk di sebuah bangku depan ruang kepala sekolah, sambil menanti kepala sekolah datang.



Dear Diary,
Akhirnya aku bisa sekolah lagi. Aku sekarang udah kelas 2 SMA. Aku udah beranjak dewasa, gak terasa bulan depan tepatnya tanggal 25 umurku genap 17 tahun. Sekarang aku udah punya temen baru, dia cowok. Aneh banget, tiba-tiba dia nolong aku, sok akrab, padahal baru aja kenalan. Tapi aku seneng, dia baik hati, dia mau berteman sama aku.



“Malaikat..” suara itu sudah tak asing lagi bagiku. Aku menoleh ke sumber suara. Benar saja, Febrian.
“Ya, ada apa, Feb?” tanyaku. Dia berjalan menghampiriku, lalu duduk di sampingku. Sekarang kita sedang berada di taman belakang sekolah.
“Gak ada apa-apa. Aku cuma pengen manggil kamu. Hehe..” jawabnya cengar-cengir.
“Namaku kan Angel, bukan Malaikat..” protesku, karena akhir-akhir ini Febrian memanggilku dengan sebutan Malaikat.
“Angel artinya Malaikat kan? Sama kayak yang punya nama.” aku tersenyum mendengar penjelasan Febrian.
“Biasa aja Feb, aku bukan Malaikat kok. Aku itu cuma manusia biasa, bukan cuma manusia biasa, aku manusia yang sangat buruk..” Febrian menoleh mendengar ucapanku barusan. “Kok kamu ngomongnya gitu sih? Eh aku mau cerita sama kamu..”
Aku yang sedari tadi menatap lurus ke depan, langsung menoleh. Kini posisiku berhadapan dengan Febrian.
“Aku lagi suka sama cewek..”
DEGG~
Hati ini. Mengapa begini?
“Oh ya? Siapa?” aku berusaha sebiasa mungkin, meski sebenarnya rasa hatiku luar biasa. Sakit. Entah mengapa?
“Aku sih belum lama kenal sama dia. Dia baik banget, cantik, kayak bidadari yang turun dari surga..”
Sesakit inikah? Apa mungkin kambuh? Atau..
Tes~
Darah segar menetes dari kedua lubang hidungku. Lama kelamaan Febrian terlihat buram, sudah jelas, penglihatanku mulai kabur.
Dan brukk~
Tubuhku ambruk seketika.



Dear Diary,
Aku gak ngerti dengan apa yang aku rasakan. Aku mengenal dia baru satu bulan. Apa yang sebenarnya terjadi? Hatiku selalu sakit kalau dia sedang bercerita tentang cewek yang dia suka. Atau mungkin sudah… Entahlah.



TIT.. TIT.. TIT.. TIT
Alat menyebalkan itu berbunyi lagi. Aku sudah bosan mendengar melodinya yang sangat membosankan. Lagi-lagi aku terbaring lemah di kasur yang menurutku sangat menyakiti punggungku.
Wanita paruh baya duduk di sebelah kiri ranjangku. Sangat tak asing. Dia Mama. Di sebelah kanan juga ada seorang cowok sedang menggenggam erat tangan kananku, Masyaallah.. Febrian.
Aku mencoba menyentuh pundak Mamaku. Gak bisa. Kenapa ini? Aku berjalan mendekati Febrian, menyentuh tangannya. Tetap saja gak bisa.
Aku menatap ragaku yang terbaring lemah.
“Apa yang terjadi?” lirihku.

Tiba-tiba saja aku melihat cahaya yang begitu terang. Seseorang berpakaian serba putih, wajahnya tak begitu jelas karena cahaya yang sangat menyilaukan mata.
“Angel.. sudah siapkah kamu ikut denganku?” ucapnya.
“Apa maksudmu?” tanyaku. Ini aneh. Bahkan lebih aneh dari Febrian.
“Sudah siapkah kamu meninggalkan semua orang yang kamu cintai di muka bumi ini?” ucapnya lagi.
“Aku.. aku..”
DRAPP –
- Aku menghilang -
TIT…
Garis yang tadinya melengkung-lengkung berubah menjadi lurus. Datar. Membentuk sebuah garis horizontal.
Ya Allah.. aku telah tiada..
Aku sudah tak bernyawa..
Maafkan aku Mama..
Maafkan aku Febrian..

Isak tangis masih menghiasi acara pemakaman ini. Bunga bertabur di sebuah gundukan tanah. Sebuah nisan bertuliskan ‘Angel Maretha Ramadhani binti Rima Maretha’ tertancap di sudut atas gundukan tersebut.
“Febrian, ini dari Angel untuk kamu..” seorang wanita paruh baya memberikan sebuah kotak pada seorang pemuda tampan yang sedang menatap sendu gundukan tanah itu lalu pergi.
Kini hanya ada pemuda tampan itu saja yang berada di makam tersebut.
Perlahan, dia membuka kotak tersebut. Sebuah buku diary berwarna biru juga sebuah surat beramplop biru.
Ia memulai membuka surat itu, lalu membacanya..

Hai Feb, sudah tersenyumkah kamu hari ini? Aku harap kamu selalu dan selalu tersenyum setiap hari. Sama halnya dengan apa yang kamu lakukan setiap kamu berada di dekatku. Mungkin, saat kamu membaca surat ini, aku sudah tak ada di sampingmu lagi. Namun aku percaya, kalau aku selalu ada di hatimu. Aku gak tau apa yang terjadi pada diriku. Pada hatiku tepatnya. Kanker hati ini memang sungguh menyakitkan Feb, aku udah gak kuat nahan semuanya. Aku sakit, setiap denger kamu cerita tentang cewek yang kamu suka. Aku bingung, apa yang terjadi sebenarnya. Aku seperti mendapat dua penyakit sekaligus setiap ada di dekat kamu. Jantungku berdetak dua kali lipat lebih cepat dan hatiku selalu sakit kalau denger cerita kamu tentang dia, cewek yang kamu suka. Aku gak tau Feb, aku gak ngerti sama apa yang aku rasakan. Aku gak bisa mengartikan rasaku sendiri. Aku harap kamu mengerti, aku harap kamu bisa mengartikan sendiri arti dari perasaanku selama ini. Makasih udah mau jadi temen aku selama ini. Oh iya, selamat ulang tahun ya Feb, hari ini tanggal 25 bukan? Hari ulang tahun kita berdua. Semoga kamu makin dewasa ya, semoga kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan, terutama kamu bisa pacaran sama cewek yang kamu suka. Aku selalu pantau kamu di atas sini Feb. Aku titip diaryku ya Feb, jaga baik-baik, itu harta karunku, kamu juga boleh kok nulis sesuatu di halaman yang masih kosong, terusin hari-hariku dengan hari-harimu. Jangan lupain aku ya, semoga kamu bahagia. Aku sayang kamu.. ?
-Angel-

“Aku juga sayang kamu Ngel. Kamu tau gak, siapa cewek yang selama ini aku suka? Itu kamu Ngel, itu kamu.. aku gak tau gimana caranya mau ngungkapin perasaanku ke kamu. Maaf Ngel, kalau selama ini aku udah nyakitin perasaan kamu. Iya, aku akan selalu jaga diarymu baik-baik, harta karunmu, harta karunku juga sekarang. Happy birthday to you, I love you for yesterday, today, tomorrow, and forever my Angel..”
TES-

Seorang gadis berpakaian serba putih tak lupa dengan jilbab panjangnya tersenyum, menatap haru ke arah pemuda tampan itu.
Iya, dia Angel..

TAMAT

Cerpen Karangan: Philiena Aulia Ramadhani
Facebook: Philiena Auliaa Ramadhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar