Selasa, 01 April 2014

cerpen Kado Terindah

Kado Terindah

Sepiring roti isi selai dan segelas susu hangat menemani sarapan pagi Ninda. Seperti biasanya, Ia harus sarapan sendiri lagi karena Ayah dan ibunya ada tugas ke luar kota. Ya, inilah konsekuensinya jadi anak dari pasangan Danu dan Ida Gunawan, salah satu pengusaha tekstil paling sukses di Indonesia. Harus tumbuh dengan kurang perhatian dari orangtuannya. Dihabiskannya sarapannya, lalu Ia pun berangkat ke sekolah diantar supir pribadinya.

Ninda berjalan menaiki tangga menuju kelasnya, saat tiba-tiba…
“Nindaaa!!! Tungguin!!!”
Ninda berhenti sejenak dan menoleh saat mendengar seorang laki-laki memanggil namanya.
“Apa Steve?” Balas Ninda sambil memandang ke arah pemuda yang di telinganya masih terpasang headset putih itu.
“Udah ngerjain PR biologi belum?” Tanya pemuda yang bernama lengkap Steven Wirawan itu dengan wajah dan nada suara sok manis.
“Udah. Emang kenapa?” Balas Ninda.
“Aku nyontek ya?” Kata Steven masih dengan tampang sok manisnya.
“Enak aja. Ngerjain sendiri dong.” Jawab Ninda sinis.
“Yah Nin, boleh ya?” Kata Steven sekarang dengan tampang memelas
“Iya deh. Nih.” Kata Ninda sambil melemparkan buku bersampul Hello Kitty kepada Steven.
“Hehe, Ninda baik deh. Makasih.” Balas Steven sambil nyengir.
“Sama-sam..” Belum sempat Ninda menyelesaikan perkataannya, Steven sudah berlari mendahului dia ke kelas.
“Dasar Steve. Kebiasaan.” Gumam Ninda dalam hati. Ia pun melanjutkan perjalanannya menuju ruang kelas.

Ninda meletakan tasnya dan duduk di samping Angel. Wajahnya cemberut. Hal ini membuat Angel yang adalah teman Ninda dari SD tertawa.
“Kenapa Nin, digangguin Si Steve lagi?” Tanya Angel sambil tertawa.
“Iya. Tuh Liat!” Kata Ninda sambil menunjuk ke arah Steven yang duduk di pojok kelas.
Angel menoleh, dan dapat dilihatnya buku Ninda sedang dipegang tangan kiri Steven, sementara tangan kanannya sedang menulis di bukunya.
“Pasti PR biologi. Iya kan?” Tanya Angel yang dijawab anggukan kepala Ninda.
“Hehe, sabar aja ya, Nin.” Kata Angel.

TET.. TET.. TET
Bel sekolah berbunyi. Ninda masih cemberut karena bukunya belum dikembalikkan, padahal jam pertama pelajaran biologi. Tiba-tiba..
BRUK..
Ninda mengangkat kepalanya dari atas meja. Ia dapat melihat bukunya sudah di hadapannya.
“Makasih.” Kata Steven.
“Iya.” Jawab Ninda sinis.
“Idih, Ninda galak. Kalau galak cantiknya ilang lho.” Kata Steven sambil tertawa lalu berjalan kembali ke mejanya.
“Iyuuuhhh!!” Kata Ninda.

TET.. TET.. TET
Bel istirahat berbunyi. Semua anak langsung berlari ke luar. Ada yang berlari ke kantin, ada juga yang hanya bergaul dengan anak-anak yang lain. Tapi tidak dengan Ninda. Ia lebih memilih untuk duduk-duduk di taman sambil membaca novel. Saat tiba-tiba..
“Nindaa!!” Suara Angel terdengar di belakang Ninda.
“Angel!! Ngagetin aja.” Kata Ninda
“Hehehe, lagian kamunya juga sendirian aja. Nanti kesambet lho.” Kata Angel lalu tertawa.
“Nggak tuh, nggak sendirian. Kan ada ini.” Kata Ninda sambil mengangkat novelnya.
“ ‘I Love U?’ ” Kata Angel membaca judul yang tertera di cover novel Ninda.
“Ciee, pasti buat Si Steven ya? Ciee Ninda.” Lanjut Angel sambil menyenggol pundak Ninda.
“Hush, enak aja. Ngawur kamu” Kata Ninda lalu melanjutkan membaca novelnya.
“Eh, Tapi Nin, kamu pernah ngerasa nggak?” Tanya Angel
“Ngerasa apa?” Tanya Ninda balik.
“Kalau jangan-jangan, Si Steve itu suka sama kamu.”
Wajah Ninda memerah. Memang sih, Ia pernah memikirkan, kenapa Steven selalu saja mengganggunya. Padahal setahunya, Steven tidak pernah mengganggu gadis lain selain dirinya. Apa memang benar kalau Steven memang suka padanya? Apa Steven memang punya rasa padanya? Apa..
“Hei Nin!! Ngelamunin apa hayo?” Tanya Angel.
“Eng.. Enggak ngelamunin apa-apa. Eh, udah bel tuh, ayo masuk.” Kata Ninda lalu bangun dan menyeret tangan Angel ke kelas.



“Akhirnya selesai juga!!” Kata Ninda lalu menyenderkan punggungnya ke belakang kursi belajarnya sehabis menyelesaikan PR matematikanya. Rumahnya sepi. Ayah dan Ibunya masih belum pulang. Yang ada di rumah hanya Ia, kakak laki-lakinya, dan 2 pembantu rumah tangganya. Ninda bingung harus melakukan apa di rumahnya. Ninda pun melemparkan badannya ke atas ranjangnya. Diraihnya ponselnya. Dicari nama ‘Angel’ di kontaknya dan ia menekan tombol yang bergambarkan telepon hijau.
TUT… TUT… TUT…
Masih belum tersambung. Tak lama kemudian..
“Halo Nindaaa!! Ada apa kok tiba-tiba nelpon?” Terdengar suara Angel dari seberang telepon.
“Nggak ada apa-apa. Cuma mau tanya.” Jawab Ninda.
“Tanya apaan?” Kata Angel.
“Um.. Nggak enak ngomong di telpon. Kamu kesini aja bisa nggak?” Tanya Ninda.
“Ok, Nin. Angel On The Way!!”Kata Angel.
“Idih, nggak usah lebay kenapa?” Kata Ninda sambil tertawa.
“Biarin. Hahaha.”
TUT… TUT… TUT…
Angel mematikan teleponnya.
“Dasar Angel. Masih aja kaya anak kecil.” Gumam Ninda lalu tertawa.

TRING…TRING…TRINGG…
Ninda melihat ke ponselnya. Di layarnya tampak bahwa Ia mendapat SMS.

From: Angel
Nindaa!! Aku udah di depan rumahmu!!

Ninda pun beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu depan. Begitu pintu depan Ia buka, Ninda melihat Angel sedang berdiri di halaman rumahnya sambil menenteng tas berwarna pink.
“Emang kamu nggak bisa ketok pintu aja? Pake acara sms segala.” Kata Ninda
“Haha, biarin. Sekalian BB.” Jawab Angel sambil terkikik.
“BB apaan?” Tanya Ninda
“Buang Bonus. Masa Ninda Gunawan, anak pengusaha tersukses di Indonesia nggak tau?” Jawab Angel.
“Eh, nggak usah dikait-kaitin sama itu bisa nggak?” Kata Ninda.
“Iya Iya. Nggak usah marah dong, Nin. Nanti Steve nggak jadi suka sama kamu lho.” Kata Angel sambil tertawa terbahak-bahak.
“Hush, ngawur kamu. Eh, tapi itu yang pingin aku tanyain ke kamu.” Kata Ninda kini dengan nada serius
“Soal Steve nanti nggak suka sama kamu?” Tanya Angel
“Bukan dong, tapi masih berkaitan sama Steven. Ayo, ceritanya di kamarku aja.” Kata Ninda lalu mengajak Angel ke kamarnya.



“Haaa? Jadi, Kamu suka sama Steven?” Tanya Angel histeris.
“Bukan suka, tapi..”
“Tapi apa?” Kata Angel memotong perkataan Ninda
“Tapi.. Mungkin aku punya rasa buat Steven.” Kata Ninda
“Itu sama aja, Nin. Ngomong-ngomong, Kamu ngerasa gitu mulai kapan?” Tanya Angel makin penasaran.
“Sejak kamu tadi di sekolah bilang kaya gitu. Aku jadi keinget waktu dulu aku sama Steven jadi satu kelompok IPS.” Kata Ninda
“Terus?” Tanya Angel.
“Ya dari situ aku kok ngerasa, Steven itu orangnya kadang nyebelin, tapi sebenernya..”
“Sebenernya apa?” Tanya Angel yang sekarang malah tampak seperti polisi yang menanyai tahanannya.
“Steven itu sebenernya cowok yang baik, terus peduli sama temennya. Buktinya waktu tugas kelompok belum dikerjain, Steven sendiri yang ngerjain. Nah, dari sana aku sadar kalau aku ada rasa buat Steven.” Jelas Ninda yang membuat Angel terbengong-bengong.
“Tapi, kalau kamu suka sama dia, kenapa kamu cuek banget sama dia?” Tanya Angel.
“Bukannya cuek. Toh waktu dia mau pinjem PR biologi tadi pagi aku kasih juga kan?” Kata Ninda
“I.. Iya juga sih. Terus, Kamu mau nembak Steven gitu?” Tanya Angel
“Ya enggak lah, masa cewek nembak duluan?” Kata Ninda
“Bisa jadi. Kan sekarang udah emansipasi wanita. Hahaha.” Kata Angel.
“Pokoknya aku nggak bakalan nembak duluan.” Kata Ninda sambil beranjak dari tempat tidurnya menuju ke arah kalender.
“Sekarang tanggal 14 September.. Besok hari ulang tahunku.. Kalau emang Steven nembak aku pas hari itu, itu bakalan jadi kado terindah buat aku.” Kata Ninda sambil tersenyum.
Mendengar perkataan sahabatnya itu, sebuah ide terlintas di benak Angel ‘Aku harus bisa bikin Steven nembak Ninda’
“Harus Bisa!!” Tanpa sadar, Angel mengucapkan kalimat itu terlalu keras hingga membuat Ninda menoleh.
“Apanya yang harus bisa, Gel?” Tanya Ninda
“Eh, bukan apa-apa. Maksudku, aku harus bisa ngerjain PR matematikanya Pak Andra. Begitu Nin.” Jawab Angel.
“Kamu tuh ya. Emang kadang-kadang suka aneh.” Kata Ninda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ngomong-ngomong, kamu mau minum apa nih?” Tanya Ninda.
“Um.. Es Sirup boleh juga.” Jawab Angel.
“Oke, aku bikinin bentar ya!!” Kata Ninda Sambil berjalan keluar kamar.



Steven berbaring di ranjangnya. Di telinganya terpasang headset putih yang langsung tersambung dengan ponsel di tangannya. Saat tengah asyik mendengarkan lagu, Ia merasakan ponselnya bergetar. Saat dilihat, ternyata itu SMS dari Angel.

From: Angel
Steve, cepetan ke Taman Ramayana. Sekarang!!

Steven heran. Tidak biasanya Angel SMS dia. Apalagi ngajak ketemuan. Ia pun segera bangun dari ranjangnya, menyambar jaket putih dan helmnya, lalu langsung mengendarai motornya menuju ke Taman Ramayana.



Angel duduk di kursi taman. Ia melirik jamnya yang kini sudah menunjukkan pukul 18.16. Seingatnya, Ia sudah duduk di sana sejak pukul 17.00 tadi. Tak lama, ia mendengar suara laki-laki di sampingnya.
“Udah lama, Gel?” Tanya Steven yang kini berdiri di sampingnya.
“Eh, Steven. Lumayan. Sini, duduk dulu. Kan nggak enak kalau sambil berdiri.” Kata Angel.
“Iya. Ngomong-ngomong, ada apa kamu kok tiba-tiba ngajak ketemuan?” Tanya Steven sambil duduk ke kursi di sebelah Angel.
“Aku mau ngomong sesuatu, Steve. Soal Ninda.” Kata Angel
“Ni.. Ninda? Ninda Kenapa?” Tanya Steven.
“Ninda nggak papa. Aku cuma mau tanya. Kamu suka nggak sama Ninda?” Tanya Angel.
Steven kaget. Ia tak tahu kenapa Angel bertanya seperti itu kepadanya.
“Gel, kamu kenapa tanya kaya gitu?” Kata Steven
“Gini lho Steve, tadi Ninda bilang sama aku, kalau dia ternyata punya rasa buat kamu.” Kata Angel
Wajah Steven memerah. Sebenarnya, Ia juga suka pada Ninda. Itulah sebabnya Ia selalu mengganggu Ninda. Tapi, Ia tidak menyangka kalau Ninda juga suka padanya.
“Nin.. Ninda? Punya rasa buat aku? Gimana bisa?” Tanya Steven.
“Iya. Ceritanya panjang. Sekarang kamunya gimana?” Kata Angel
“A.. Aku.. Aku sebenernya..”
“Nggak Perlu dijawab sekarang kok Steve.” Kata Angel lalu bangun dari kursi.
“Oh iya, cuma ngingetin, besok Ninda ulang tahun. Aku harap kamu bisa kasih kado terindah buat dia.” Angel pun lalu berjalan meninggalkan Steven sendirian.

“Ya. Aku harus kasih kado terindah buat Ninda.” Gumam Steven dalam hati.

Hari yang melelahkan buat Ninda. Bagaimana tidak? Hari ini semua pelajarannya sama sekali tidak menarik. Ditambah Ia lupa membawa uang sakunya. Saat bel pulang berbunyi, Ninda langsung menenteng tasnya dan berjalan keluar kelas saat tiba-tiba…
“Selamat ulang tahun, Nin”
Dilihatnya Angel membawa kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka 16 di atasnya. Ia pun meniup lilin itu. Air mata menetes dari matanya.
“An.. Angel… Kamu memang sahabatku yang paling baik.” Kata Ninda lalu memeluk Angel.
“Eh, tapi ini belum semuanya, Nin. Aku masih punya surprise buat kamu.” Kata Angel.
“Apa?” Tanya Ninda yang hanya dibalas senyuman Angel.
“Ayo, ikut aja. Kalau aku kasih tau sekarang namanya bukan surprise dong.” Kata Angel sambil menarik tangan Ninda.

Tak lama kemudian..
“Gel, kita mau kemana?” Tanya Ninda kebingungan.
“Sabar Nin, sebentar lagi.. Nah! Kita sampai!!” Kata Angel
“Taman Ramayana? Ngapain kita kesini?” Tanya Ninda
“Udah ikut aja. Tapi matanya ditutup dulu ya.” Kata Angel sambil memasang kain penutup mata pada Ninda. “Ayo jalan.”

“Gel, udah sampai belum?” Tanya Ninda
“Yup. Kita udah sampai.” Kata Angel lalu melepaskan penutup mata Ninda.
Begitu penutup mata Ninda dilepas, Ninda terkejut. Dilihatnya dekorasi yang serba romantis, dengan hiasan hati dan balon berwarna pink terpasang dimana-mana. Tapi yang paling membuat Ninda terkejut, adalah sosok yang berdiri disana.
“S..Steven?” Tanya Ninda tidak percaya
“Iya, Nin. Ini aku. Selamat ulang tahun.” Kata Steven. Ia pun berjalan mendekati Ninda.
“Nin.. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Kata Steven sambil menggenggam tangan Ninda.
“A.. Apa Steve?” Tanya Ninda yang kini gemetaran.
“Nin, aku tahu kamu suka sama aku..” Kata Steven.
“Siapa yang bilang ke kamu?” Tanya Ninda.
Steven memandang ke arah Angel.
“Anggap aja ada burung kecil yang bilang ke aku. Dan aku juga mau kamu tau, kalau aku juga suka sama kamu.” Kata Steven
“Nin, Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Kata Steven sambil memberikan setangkai bunga mawar merah kepada Ninda.
“I.. Iya Steve. Aku Mau..” Jawab Ninda lalu memeluk Steven. Air mata mengalir dari matanya.
“Kenapa Nin? Kamu sedih?” Tanya Steven melepaskan pelukan Ninda.
“Nggak kok, Steve. Aku bahagia. Aku bahagia karena hari ini, aku dapet kado terindah dari semua kado yang ada di dunia, yaitu kamu.” Jawab Ninda sambil tersenyum.

Cerpen Karangan: Nikolas Alfa Eridani

Facebook: Nikolas Alfa Eridani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar